Lawang Sewu; Senja di Waktu Sinar Bulan

Dok|Eva
Kota Semarang banyak memiliki objek wisata yang berbau sejarah berdirinyaIndonesia, seperti Lawang Sewu atau lebih dikenal dengan sebutan “SeribuPintu”. Saat pertama kali menerima tiket masuk mungkin sedikit bingung, karena tiket yang seharga 10.000 tertera tulisan, PT Kereta Api Indonesia Obejek wisata Lawang Sewu. Lawang Sewu yang bertepatan di jalan Pemuda, Sekayu Semarang Tengah, Jawa Tengah (Komplek Tugu Muda).

Saat memandang sekilas Lawang Sewu, seperti gedung-gedung kerajaan di film-film. Corak yang unik, dua menara yang berpadu dengan gedung Lawang Sewu, seperti menara kembar yang menambah keaksotisan, ditambah ornamen-ornamen yang khas, menambah suasana hati untuk mengagumi. Lawang Sewu dengan bentuk kaca yang unik, dihiasi mosaik lukisan penyedap rasa guna keasrian pandangan.

Lawang Sewu merupakan destinasi wisata sejarah yang menjadi saksi bisu kehidupan bangsa Indonesia. Menurut catatan yang berada di Lawang Sewu, dikeluarkan oleh Pusat Pelestarian dan Benda Bersejarah, sebelumnya Lawang Sewu adalah kantor pusat perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda (Indonesia) bernama Nederlands-Indische Spoorweg Maat schappij (NIS). Pada tanggal 27 Februari 1904 dilaksanakan peletakaan batu pertama di Lawang Sewu dan diresmikan pada tanggal 1 Juli 1907.

Dok|Pribadi
Salah satu naskah sejarah berdirinya Lawang Sewu

Pembangunan Lawang Sewu didesain oleh arsitek asal Belanda, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan Bj. Queendag. Lawang Sewu merupakan contoh kecil peninggalan kebudayaan pada masa penjajahan Indonesia, serta pada awal abad 20 diyakini sebagai gambaran kebudayaan urban kota Semarang tahun 1900-an.

Kota Semarang merupakan kota metropolitan, pada masa Lawang Sewu sebelum di bangun dan sesudah dibangun, sehingga menjadi rujukan inspirasi Surabaya, Jakarta (Batavia) dan Bandung. Lawang Sewu bukan hanya sebagai bentuk eksplorasi semata, melainkan secara jelas menunjukkan potret masyarakat Semarang berinteraksi secara global.

Lawang Sewu jika diartikan menjadi Lawang (pintu) Sewu (seribu), pintu seribu adalah icon yang menjadi daya tarik masyarakat dan pengunjung. Meskipun tidak sampai seribu pintu, tetapi kelihatannya memang benar anggapan masyarakat setempat, tetapi jika dilihat lagi Lawang Sewu memiliki jendela yang hampir menyerupai pintu, sehingga diyakini sebagai gadung dengan seribu pintu.

Dok|Pribadi
Bentuk Kereta Yang di Dalam KacaLawang Sewu

Lawang Sewu dengan berbagai spot keindahan menyajikan benda-benda kuno pada era Belanda dan dipamerkan berbagai artefak, foto, duplikat lokomotif kuno, dan kisah mengenai kereta api di Indonesia. Untuk itu semua, diletakkan di dingding gedung dengan aturan sangat indah. Selain itu, juga diletakkan di ruangan yang berbeda dengan susunan bermacam ragam. Meskipun tidak semua ruangan diletakkan foto, tetapi sudah mewakili, kalau Lawang Sewu merupakan tempat sejarah kereta api pada zaman Belanda.

Bermacam foto stasiun mulai pertama kali dibangun sampai sudah mengalamin renovasi seperti, Stasiun Belawan, Bogor, Gundih, Bondowoso, Manggarai, Cilegon, dan lain sebagainya. Namun yang paling banyak adalah foto-foto gedung Lawang Sewu dan acara-acara yang pernah digelar di Lawang Sewu.

Malam Di Lawang Sewu

Dok|Pribadi
Suasana Malam di Lawang Sewu

Sinar dengan warna keemasan terpancar dari gedung Lawang Sewu, seperti berada didalam dunia tanpa sinar dan dengan sekejap datanglah sinar keemasan, menyejukkan dan membuat takjub pandang mata. Lawang Sewu diwaktu malam sangat berbeda, dengan sinarnya mampu menghidupkan suasana gedung, seakan menghadiri pesta noni-noni dan tuan-tuan Belanda pada zaman dahulu.

Halaman yang luas dihiasi pohon besar yang rindang, di bawahnya terletak tempat duduk berbentuk segi empat melingkar pohon. Pohon besar yang disinari keemasan menambah keindahan tersendiri, membuat hati terlena, seakan-akan berada di dunia yang berbada.

Dengan sinar yang keemas-emasan terpancar dari jendela-jendela dan pintu-pintu, seakan gedung Lawang Sewu permata di tengah-tengah peradaban kota metropolitan. Semua serba kuno, memberikan kesan kalau penjajah sangat berjaya pada saat Indonesia di jajajah.

Dok|Pribadi
Suasana Malam di Lawang Sewu di Tengah-Tengah Halaman


“Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo” kata-kata yang sering terdengar di gendang telinga dan menjadi ungkapan yang pantas untuk Indonesia. oleh karena itu, dari kegagahan Lawang Sewu bukti nyata kejayaan Belanda. Bukti-bukti kemegahan dan keindahan itu hanya menjadi sebuah tangisan saat melihat Lawang Sewu dari sudut yang berbeda.

Sudut Lawang Sewu terlalu banyak untuk mengingat sejarah Indonesia, seakan hidup di masa-masa para pahlawan memperjuangkan nasib dan martabat Indonesia. Lawang Sewu merupakan senja di waktu malam, mengajak ingatan pada lakon-lakon Belanda terhadap Indonesia yang sewenang-wenang.

Meriam untuk membunuh rakyat Indonesia masih tersimpan rapi dalam kaca. Semua kejayaan Lawang Sewu di waktu malam semakin membawa kesedihan tersendiri, gedung dengan lantai tiga seakan museum kepedihan Indonesia.

Dari keindahan Lawang Sewu ada suara tangisan masa lalu yang menghantui keaksotisan dan keangkerannya. Lawang Sewu pada malam hari merupakan undangan untuk mengingat sejuta bulir air mata yang berjatuhan. Korban kebengisan Belanda seakan terdengar digendang telinga, menjerit kesakitan, dan meminta tolong untuk kemerdekaan Indonesia. Lawang Sewu, mengundang sejuta keindahan diatas tangisan ninik moyang Indonesia.



*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah LPM Edukasi edisi 53 tahun 2018 dengan tema "Kurikulum 2013: 5 Tahun Berlalu.


Posting Komentar

0 Komentar