Duta Damai Jatim Part 1: Kereta dan Ketakutan-Ketakutan Perjalanan

Dok|Pribadi

Apakah kamu akan tetap melakukan perjalanan ketika masa-masa pandemi yang belum berakhir ini? Apakah kamu menyia-nyiakan kesempatan lolos seleksi pelatihan Duta Damai Dunia Maya Provinsi Jawa Timur Tahun 2020?

Kalau aku mengajukan dua pertanyaan diatas akan memilih yang mana, ketika memilih tidak melakukan perjalanan ke Batu, Malang kamu tidak khawatir akan virus corona yang semakin banyak tertular. Namun jika kamu memilih melakukan perjalanan ada dua kemungkinan, pertama kamu bisa tertular virus corona dan ketika melakukan rapid test sebelum mengikuti serangkain kegiatan. Ketika reaktif akan kembali pulang dan kemungkinan kedua, kamu akan mendapatkan wawasan yang banyak, bertemu dengan orang banyak yang latar belakangnya beragamam, dan tidak hanya itu, kamu akan menemukan kesadaran-kesadaran baru ketika melakukan perjalanan dan bertemu dengan orang baru.

***

Stasiun Wonokromo, Surabaya tetap sama, ketika kali terakhir aku melakukan perjalanan ke akhir tahun 2019, tepat bulan Oktober terakhir kalinya aku menaiki kereta Surabaya-Semarang. Adapun yang sama, perjalanan kali ini tidak sendirian, sama waktu ke Semarang bersama seseorang perempuan. Kalau sekarang bersama laki-laki yang sudah tiga kali dalam satu kegiatan.

Aku duduk di pinggir dekat jendela kereta api Penataran Dhoho 451, nomor tempat duduk ekonomi-1/14A. Mataku tidak bosan-bosannya memandang keluar, semenjak menaiki kereta pukul 11:30-14:41 WIB jarak waktu yang akan aku tempuh Surabaya-Malang. Pandanganku teringat kembali awal perjalanan menuju Stasiun Wonokromo.

Jl. Wonocolo Gang 1, Nomor 14, Kode Pos 60237, Wonocolo, Surabaya masih sepi, padahal waktu tidak lagi pagi ketika selimut masih nyaman untuk menutup mata dari sinar mentari. Aku lupa, meskipun sudah tidak lagi pagi, suara-suara terdengar dari rumah ke rumah, aktivitas memang banyak dilakukan di dalam rumah.

Waktu menunjukkan 11:30 WIB, aku sedari tadi memesan ojek online belum datang-datang juga, kesal sudah sampai ke uluh hati, takut-takunya ketinggalan kereta api, kamu tahukan kalau Surabaya sarangnya macet berkilo-kilo. Kata Pak Febrian, lama menemui saya masih muter-muter lewat gang satu, padahal saya berada di ujung gang 1 dekat gang 2.

Seketika lamunanku tersadar, saat anak kecil berumur tujuh tahun, namanya Raisa, masih duduk di kelas 1 sekolah dasar bersama pamannya. Aku jadi teringat kepada keponakan perempuan, Raisa yang berbaju ada tulisan angka dan bunga teratai, sepatu ada gambar love berwarna-warni, dan  bando bergambar bunga-bunga melati warnanya senada semua berwarna pink. Di tangan kirinya, dua gelang satu terbuat dari besi dan satunya manik-manik berwarna pink bergambar sosok film animasi Hello Kitty dan ia bercerita kalau suka sekali menggabar, kata pamanya ayahnya adalah pelukis hebat di Malang.

Suara kereta api tidak menggangu perjalananku, karena ini menjadi awal perjalanan menaiki kereta selama tahun 2020. Meskipun ketakutan-ketakutan dalam perjalanan sering menghantui, cukup dengan keberanian, keyakinan, dan berusaha untuk menjaga diri dari bentuk-bentuk virus corona mendekati. Bahkan Nur Kholis, teman perjlanan ke Batu, Malang menghindari duduk di bangu kosong yang sebelah kiri, sebab di depan ada dua orang, anak kecil dan pamannya.

Mataku tetap tertuju pada pemandangan di luar kereta, lewat jendela kereta api aku terasa bebas memandang siapa saja. Apalagi, gunung-gunung terlihat jelas, rumah-rumah penduduk, aktivitas petani, lalu lalang kendaraan, dan kenangan-kenangan waktu dulu ketika aku melakukan perjalanan dengan teman-teman ke berbagai macam tempat di Indonesia, khsusnya Pulau Jawa.

Sembari menghilangkan jenuh dan rasa takut, aku dan Kholis berbincang-bincang banyak hal, mulai dari kepenulisan, masa depan pendidikan, kehidupan pribadi, cerita-cerita waktu kuliah, dan cita-cita nanti akan seperti apa. Aku lebih banyak mendengarkan, karena Kholis luas akan wawasan dan pengalaman selama kuliah. Apalagi laki-laki asal Mojokerto sering mengikuti agenda-adenda luar biasa di berbagai daerah.

Tidak terasa percakapan kami harus cepat-cepat diselesaikan, disusul oleh bunyi kereta dengan keras menusuk gendang telinga. Lalu aku cepat-cepat mengambil barang bawaan, sembali memandang disekitar mengenang beberapa kenangan yang tidak bisa dilupakan.

Posting Komentar

0 Komentar