Pemuda Penentu Titik Kehidupan

Dok|kompasiana.com

Pemuda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki tiga pengertian kata “Pemuda”. Pertama, orang yang masih muda. Kedua, orang muda. Ketiga, taruna. Kata pemuda dikonotasi dengan orang yang memiliki semangat hidup tinggi, orang berpendidikan, dan orang yang memiliki pemikiran cemerlang serta menjadi harapan bangsa. 


Pemuda lebih sering kita dengar kaitan makna sebagai Agen Of Change (Generasi Perubahan), Social Control (Generasi Pengotrol), Iron Stock (Generasi Penerus) dan Moral Farce (Gerakan Moral).


Kalau melihat sekarang pengertian “Pemuda” sudah mengalami pergeseran makna. Masyarakat memandang pemuda sebagai sampah masyarakat, menjadi benalu terhadap stabilitas kehidupan. Bukan tidak beralasan, pemuda sekarang mayoritas menghabiskan waktu bersenang-senang, nongkrong dipinggir jalan dan mengkonsumsi barang-barang terlarang.


Jika begitu, pengertian pemuda justru lebih condrong terhadap pengertian era sekarang. Pemuda yang tidak jelasa masa depannya, pemuda yang hidup bebas, dan pemuda yang tidak memiliki kontribusi terhadap negara serta gugurnya makna pemuda zaman dahulu ketika era kemerdekaan.


Pemuda dalam kehidupan hanya sekedar hidup tanpa memikirkan tanggung jawab sebagai pemuda, tanpa memikir nasib bangsa dan ditambah lebih suka menjadi pemuda yang gila, tanpa cinta terhadap sesama. Pemuda tidak hanya sebatas melakukan hal-hal yang negatif terhadap dirinya sendiri, melainkan juga merusak karakter bangsa sebagai generasi bangsa.


Yang membedakan pemuda era penjajah dan era mutakhir adalah pemuda era penjajahan adalah pemuda yang memiliki semangat cinta tanah air yang tinggi, rasa nasionalismenya amat besar, bahkan nyawapun jadi korbannya. Pemuda tersebut, merelakan waktunya untuk hal-hal yang berbau positif tanpa menyia-nyiakan kehidupannya sendiri. Pemuda lebih mementingkan tenaganya membantu tanpa melihat latar belakangnya.


Kalau membaca sejarah buku “Bumi Manusia”, karya Pramoedya Ananta Toer adalah pemuda yang berasal dari Blora, Jawa Tengah. Ia menghasilkan karya saat menjadi tahanan selama sepuluh tahun di tempat duka, Pulau Buru, tetralogi buku Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca adalah bentuk nasionalisme pemuda.


Pram panggilan akrabnya adalah pemuda zaman penjajahan yang memiliki prinsip, menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Pemuda dengan keterbatasan yang dikekang oleh pemerintah. Sepak terjalnya sebagai pemuda tidak diragukan lagi, dari tangannya menghasilkan karya-karya yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.


Meskipun hidup dalam kekangan pemerintah, Pram masih menyebarkan semangat nasionalisme terhadap pemuda-pemuda Indonesia lewat karya-karyanya. Alhasil, Pram membuktikan kekuatan pemuda untuk mengubah peradaban Indonesia terbukti nyata.


Sementara pemuda era mutakhir sungguh miris dan menjadi PR besar bersama. Pemuda yang cendrung individualis tidak memikirkan tangung jawabnya sebagai pemuda apalagi perduli terhadap lingkungan. Pemuda harus mengamalkan dan melestarikan sumpah pemuda. Jika pemuda sekarang suka menulis di media sosial hanya sebatas kesenangan dan bahkan ada yang sampai melanggar undang-undang negara. Sukanya menyebarkan informasi yang tidak penting, bahkan bisa mengandung perpecahan dan ujung-ujungnya adalah hoax.


Pemuda sudah tidak lagi memiliki rasa simpati dan empati terhadap negara. Menurut Faza Ibnu Ubaidullah-pemuda terbaik yang memperoleh penghargaan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai pemuda, founder dan creative direk ctor pionicon, kreator komik Si Juki mengatakan, sebagai pemuda, kita harus merespons dengan positif. Pola pikir kita adalah bagaimana membangun bangsa, tidak cuman buang waktu untuk bermalas-malasan. (Jawa Pos, 18/10/18).


Jadi, hal tersebut harus ditingkatkan oleh pemuda. Pemuda mengisi kehidupan sehari-harinya dengan hal-hal yang positif dan lebih memperluas wawasan keilmuan, agar pola pikir pemuda semakin baik untuk dirinya dan untuk lingkungannya. Oleh karena itu, pola pikir pemuda adalah kekuatan yang akan membawa perubahan bangsa yang berderajat tinggi, baik di dunia nasinonal ataupun internasional sebagai apa yang tertera dalam sumpah pemuda.



*Tulisan ini pernah dimuat di korek.id 27 Oktober 2020 link klik di sini.

Posting Komentar

0 Komentar