Tenun Cinta Pulau Timor

Dok|KKN Nusantara 3T

Dok|KKN Nusantara 3T

Seharusnya 4 April 2021 warga Pariti merayakan dengan khusuk dan khidmat Hari Raya Paskah. Perayaan terpenting dalam tahun Liturgy Gerejawi Kristen dan Katolik. Karena Hari Raya Paskah identik dengan Yesus, oleh Paulus disebut sebagai “Anak Domba Paskah”. Orang Kristen memiliki kepercayaan sampai saat ini, kalau Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga Yesus dibangkitkan di antara orang mati. Itu keterangan yang aku baca dari Wikipedia dan sepengetahuanku selama ini.


Tiba-tiba grup WhatsApp “KKN 3T KUPANG NTT” ramai dengan pesan: tempat satu tahun lalu aku belajar banyak, Pariti, dilanda badai Siklon Seroja.


Tanpa pikir panjang, aku pun mengirim pesan kepada warga Pariti dan beberapa nomor yang masih aktif. Hanya beberapa yang membalas pesan, itupun tidak dibalas langsung. Katanya banjir dan angin kencang melanda Pariti, khususnya wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Padahal, pada saat awal April masih sering tanya-tanya kabar, berdiskusi, cerita-cerita, dan mengenang masa-masa dahulu, satu tahun yang lalu.

Dok|Grup WhatsApp. Foto ini beredar di grup KKN Nusatara 3T 2020 dari salah satu warga kecematan Sulamu.

Dari berita-berita di internet yang berterbaran, kalau NTT sedang dilanda banjir besar. Video-video dan foto-foto tersebar di grup WhatsApp, media sosial, dan status dari salah satu warga di sana sangat memperhatinkan. Selain pernah hidup lama, sudah menjadi bagian dalam perjalanan kehidupan, dan rasa cinta kasih selama di sana oleh warga setempat, membuat kami semakin terenyuh.



Sebab listrik mati, pohon-pohon tumbang, dan jalan tergenang air, membuat penduduk Sulamu susah untuk beraktivitas. Pikiran negatif dan doa-doa dihaturkan, semoga semua dalam keadaan baik-baik saja dan selamat dari banjir. Karena listrik mati, susah untuk berkomunikasi, signal tidak terhubung, apa lagi pesan sejak tanggal 4 kemarin tidak dijawab oleh Yansry Tafae.

Dok|Pribadi. Percakapan terakhir dengan Adik Yansry 1 April 2021

Nona Suku Timor yang akrab sekali denganku saat mengabdi di desa Pariti. Adik Yansry banyak yang dibicarakan, tentang mimpi, keberanian, kehidupan, kebersamaan, toleransi dan kesedihan-kesedihan dalam keterbatasan. Komunikasi terakhir saat mendapatkan kiriman surat untuk kami. Tiba-tiba teringat “Kelas Inspirasi” di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sulamu.

***

Dok|Yurika. Susana pembukaan Kelas Inspirasi di SMPN 1 Sulamu yang dibuka dengan dua doa secara agama Kristen dan Islam.

Sebagaimana umat beragama, pasti memiliki harapan setiap mau melaksana agenda. Agenda “Kelas Inspirasi” dibuka dengan dua doa cara umat Kristen dan Islam. Di SMPN 1 Sulamu sebagai penutup dan izin pamit, telah diterima dengan kedua tangan untuk belajar menjadi pendidik selama kurang lebih satu bulan.



Kami sepakat bersama-sama dengan pihak sekolah untuk membuka acara dengan dua doa agama. Melihat di SMPN 1 Sulamu ada yang beragama Kristen dan Islam. Walapun siswa-siswi dan para guru mayoritas beragama Kristen memberikan izin kepada kami. Tidak lupa, di SMPN 1 Sulamu juga ada guru-guru yang beragama Islam, jadi tidak hanya siswa-siswi saja yang beragama Islam.

“Puji syukur kami panjatkan ke hadapan hadirat-Mu ya Tuhan. Terima kasih untuk segala berkat dan penyertaan-Mu kepada kami, anak-anak-Mu. Terima kasih karena Engkau telah tibakan kami semua di tempat ini, dengan keadaan selamat sejahtera. Bapa di surga, tibahlah saatnya bagi kami memulai kegiatan kami, Kelas Inspirasi. Tetapi sebelumnya kami mohon berikan kami hikmat akal budi dan berkati kami semua, agar apa yang disampaikan oleh kakak-kakak mahasiswa, bisa kami ingat dan kami lakukan dalam kehidupan kami hari lepas hari. Terima kasih Tuhan, hanya di dalam nama Tuhan Yasus, kami datang dan berdoa kepada Bapa di sorga. Haleluya amin”.

Doa diatas memang jarang aku dengar, bahkan bisa dibilang tidak pernah. Meskipun pernah hanya selintas mendengarkan di acara televisi atau di YouTube.  Doa yang dibaca dengan khusuk penuh pengharapan dan kerendahan hati paling dalam oleh adik Gres Taopan. Untuk doa yang kedua dibaca oleh Enjel Tenge sebagai perwakilan dari umat Islam.

Dok|Yurika. Yansry menjadi pemimpin saat Kelas Inspirasi lagu Indonesia Raya dan Flobamora.

Tidak berhenti disitu, kami yang dari beberapa pulau daerah Indonesia terpukau dengan dendang lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama. Aku melihat teman-teman Arafat, Eko, Haris, Mahatir, Tika, Fina, Yurika, dan Wiwin sama-sama terhanyut. Lebih-lebih lagu daerah NTT dinyanyikan bersama, dipimpin oleh adik Yansry Tafae membuat kami sama-sama tenggelam.



Iringan piano lagu Flobamora membuat kami semakin terpanah dan tenggelam. Aku perhatikan siswa-siswi SMPN 1 Sulamu dan segenap guru sama-sama tenggelam dalam lirik-lirik yang membuat mereka semakin bangga atas tanah kelahirannya.


Flobamora tanah air ku yang tercinta

Tempat beta di besarkan ibunda

Meski beta lama jauh di rantau orang

Beta inga mama janji pulang e


Biar pun tanjung teluknya

Jauh tapele nusa ku

Tapi slalu terkenang di kalbu ku


Anak timor main sasando

Dan ma nyanyi bolelebo

Rasa girang dan badendang pulang e

Hampir siang beta bangun sambil manages

Menenangkan Flobamora

Lelebo

Rasa dingin beta ingat di pangku mama

Air mata basa pipi sayang e

***


Lagu Flobamora: Mengetuk Pintu Hati

Dok|Yurika

Dok|Yurika

Lirik lagu Flobamora “Rasa dingin beta ingat di pangku mama” membuat aku memikirkan ibuku. Ibu yang mengkhawatirkan ku karena ikut KKN Nusantara 3T di Pulau Timor jauh, paling Timur Indonesia, dekat dengan negara Timor Leste atau Timor-Timur. Yang sangat membuat ibuku takut hanya satu, setelah aku sedikit cerita tentang KKN Nusantara, ibu khawatir orang sana keras-keras dan kejam.


Andai ibuku tahu betapa sayangnya mereka kepadaku, mungkin tidak pernah mengatakan seperti itu. Namun memang saya takut, ketika tahu kalau di tempat KKN mayoritas adalah umat Kristen. Itu yang membuat aku sedikit bergeming. Meskipun aku memiliki teman dengan ragam agama, tetapi ini berbeda dan hidup lama bersama mereka.

Dok|Arafat

Anggapan-anggapan itu terhapus dibenakku, anggapan itu salah besar. Apalagi melihat adik-adik yang berbeda agama dengan kami sangat menyayangi kami. Ketika kami datang memang belum menerima, tetapi lambat laun dengan perkenalan dan saling cerita satu sama lain, kami semakin akrab dan layaknya seorang saudara. 

***


Tenun Pengikat Persaudaraan

Dok|Yurika

Kelas Inspirasi yang diadaklan oleh kami pada hari Jumat, tanggal 7 bulan Februari tahun 2020 dengan alasan dan kesepakatan bersama teman-teman, kami memberikan tema “Merajut Mimpi, Membangun Negeri, Dengan Semangat Toleransi” dengan harapan dan tujuan kebaikan dan adik-adik kelas 3 SMNP 1 Sulamu semangat, bisa melanjutkan pendidikan kejejang selanjutnya.



Aku masih ingat, sangat ingat betul cerita-cerita dari Waka Kurikulum SMPN 1 Sulamu, ketika berkeinginan untuk mengadakan Kelas Inspirasi. Pak Kosmas Danianus Koka, dengan bahasa yang santai dan dialektika orang NTT sangat terbuka dan berterima kasih sekali. Dari ceritanya, Pak Kosmas panggilan akrabya rela meninggalkan Pulau Flores demi menjadi guru di Pulau Timor. Meskipun sama-sama NTT, tetapi jarak dan luasnya lautan sangat jauh.

Dok|Yurika. Sambutan oleh perwakilan dari SMPN 1 Sulamu, Kosmas Danianus Koka.

“Kehadiran adik-adik mahasiswa, menjadi inspirasi, kami tergugah untuk tetap menjaga toleransi. Toleransi  di Nusa Tenggara Timur yang menurut survei merupakan salah satu provinsi tingkat toleransi terbaik di Indonesia. Toleransi adalah aset bangsa, kemudian penting membangun negeri, menjaga kesatuan negeri ini,” tutur Pak Kosmas Danianus Koka kepada kami.

Dok|Yurika. Potret setelah selesai peanugerahan tenun ikat yang ditenun bercorak Suku Timor.

Tidak lupa aku ceritakan, pemberian kain tenun ikat khas Suku Timor kepada kami semua. Sebagai lambang persaudaraan atau “Basodara”. Kami terikat dalam bahasa, ikatan dari selendang juga memberitahu, kalau masyarakat Pariti menerima kami meskipun berbeda agama, suku, bahasa, warna kulit, dan banyak lagi.

***


Surat Cinta Nona Yansry Tafae

Dok|Yansry

Dok|Yansry

UNTUK KKN NUSANTARA
3T DESA PARITI

Pintu gerbang kaca-kaca jendela di katong pung kelas adalah saksi bisu katong pung kebersamaan. Satu tahun yang lalu yang pernah mengisi katong pung hari-hari. Itu semua terangkum dalam satu kenangan sampai ini detik.

Waktu yang begitu cepat berputar berjalan melalui hari demi hari yang katong semua su lalui sama-sama kakak dorang, semua su mengajari beta banyak hal yang dulu beta sonde pernah tau. Beta harap kakak dong semua selalu sehat dan sukses baik di bidang usaha maupun pendidikan.

Terimakasih su datang di sini, kalo orang bilang bertemu pasti akan ada perpisahan. Tapi rasanya beta belum mau berpisah dengan kakak-kakak dong semua.

Dulu saat jumpa pertama mau sapa saja masih malu-malu, jangankan sapa senyum saja masih enggang…tapi seiring berjalanya waktu, katong su mulai saling kenal dan akrab.

Hidup memang penuh dengan sejuta perbedaan, tapi perbedaan itulah yang menyatukan katong. Sonde apa-apa katong semua berbeda baik agama, suku, ras, bahasa tapi katong sama tetap basodara. Bukankah perbedaan itu adalah kekuatan bangsa kita.

Sejak kenal dengan kakak dorang semua beta mulai belajar sebuah persahabatan, sebuah ikatan, sebuah kekeluargaan, dan juga toleransi bagaimana sikap saling menghargai satu sama lain.

Seandainya beta bisa menahan, beta masih ingin mengukir prestasi dengan kakak dorang semua. Beta masih ingin bercanda tawa dengan kakak dong semua. Karna bimbingan dari kakak-kakak dong semua mampu menambah motivasi untuk beta belajar. Beta minta maaf kalo pernah buat salah dengan kakak-kakak dong semua:) maaf beta sonde bisa kasi yang terbaik hanya berisan doa yang beta iringkan untuk kakak dong semua.

Meskipun hanya sebentar katong berpegang tangan, bukan mustahil sebuah pertemuan suatu hari nanti di langit yang cerah dengan keadaan lebih baik, Tuhan akan pertemukan katong kembali:)

Terimakasih KKN Nusantara su jadi bagian dari keluarga :) ~Yansry~

***


Ketika membaca kirima surat pada tanggal 1 April 2021 saat malam Jumat, yang besoknya bagi umat Kristen merupakan hari wafatnya Isa Almasih. Aku tertegun berdiam diri, mata berkaca-kaca sendirian di indekos Wonocolo, Surabaya. Aku mengingat semua saat Kelas Inspirasi tahun lalu, tentang cerita-cerita yang dibagikan oleh teman-teman, tentang masa depan yang ada di generasi selanjutnya, kekuatan mimpi-mimpi yang harus direalisasikan. Sebab keterbatas-keterbatas dalam kehidupan tidak menjadi halangan untuk selalu memperjuangkannya.


Kami memang mendapatkan masukan dari pihak SPMN 1 Sulamu, khususnya Pak Kosmas ketika menemuinya untuk mengadakan Kelas Inspirasi, guna mengadakan perpisahan. Ada beberapa cerita yang aku dapati, diantara cerita setelah lulus dari SMPN 1 Sulamu siswa-siswi banyak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, alasanya sangat beragam, dari keadaan ekonomi yang tidak mendukung, menjadi pekerja di kota, dan membantu orang tua bercocok tanam atau petani.


Memang sangat berbeda ketika berada di penjuru paling Timur Indonesia, rasa yang kami terima dan perkenalan yang sangat cepat membuat kami merasa kurang untuk belajar lebih banyak lagi di Pariti. Tangisan-tangisan mengiringi perpisahan kami, kami melihat beberapa siswa-siswi SMPN 1 Sulamu menangis. Mereka berkata kalau belum siap dan baru saja kenal lebih jauh dengan kami harus berpisah.


Mereka menerima kami, dengan suka cita dan rasa persaudaraan yang tinggi, membuat kami semakin sedih untuk kembali ketempat kami masing-masing. Apalagi kami juga baru kenal satu sama lain, dari kampus berbeda dan karakter yang berbeda pula, membuat kami juga mengawali perpisahan yang dikemas di SMPN 1 Sulamu. Satu demi satu perpisahan dimulai.

***


Nona Timor Baik Hati

Dok|Haris

Matanya memerah berkaca-kaca, seakan menahan beban yang berat ketika membantu ibunya di rumah setelah dan sebelum berangkat ke sekolah dari desa Oeteta, desa tetangga dari desa Pariti. Terkadang jalan kaki bersama teman-teman, padahal desa Pariti dengan desa Oeteta cukup jauh kalau jalan kaki.


Ketika Kelas Inspirasi di SMPN 1 Sulamu, Yansry Tafae, kelahiran Oelnaibesi pada tanggal 8 Agustus 2004. Nona Yanry yang memiliki makna “Yang Ke Tiga”, memiliki empat saudara dari ayah bermarga Tafae dan ibu bermarga Siku, namun tetap sama-sama bersuku Timor dan Nona Timor ini memiliki cita-cita menjadi tentara. Ketika itu, Adik Yansry duduk paling depan memperhatikan kami bercerita tentang mimpi dan semangat tinggi dalam meraih cita-cita. Aku memandang kalung bergantung berbentuk salib dilehernya. Aku tersentuh, meskipun beda agama dan latar belakang, Adik Yanry merasakan kehilangan

Dok|Pribadi. Pemberian dari Adik Yansry Tas Rajut asli NTT.

Teruntuk Adik Yansry, saat gerimis yang cukup deras, ia memanggilku dari pagar, pembatas SMPN 1 Sulamu dan SD GMIT Pariti. Waktu itu kami waktunya berpamitan ke SD GMIT Pariti, aku kira ada apa, ternyata ia memberikan tas rajutan cantik yang ditenun berkhas NTT. Aku berpamitan untuk kedua kalinya, sebelum pergi dan mungkin tidak bisa kembali lagi. Aku pergi, tetapi aku melihat Adik Yansry tetap memandangku kaku, tidak menghiraukan gerimis menjadi hujan, terlihat butiran air mata mengalir.

“Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi, dan kebersamaan kamu dengan mengikuti lomba “Indonesia Baik” yang diselenggarakan KBBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini“.


*Untuk dokumen yang berbentuk video agenda "Kelas Inspirasi" di SMPN 1 Sulamu bisa diklik di sini. Kisah "Tenun Cinta Pulau Timor" menjadi pemenang terbaik di epesode 4 konten baik "Indonesia Baik" bisa diklik di sini.

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Ini postingan inspiratif ... Terima kasih mas Abu tenun cintanya nikmat di pakai (nyaman dibaca)..great

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga telah membaca.
      Semoga selalu bermanfaat terhadap pembaca dan tetap melestarikan hal-hal baik.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih banyak kakak.
      Semoga bermanfaat selalu.

      Hapus