Dok|Indah |
Kata-kata tersebut sesuai dengan ceritaku, sebelum memulai cerita ini. Aku akan mengenalkan teman-teman seperjuangan di MTs Negeri Kota Surabaya. Kami tiga sekawan satu program studi Pendidikan Agama Islam. Namaku Abu Aman berasal dari Bangkalan, kalau tidak tahu Bangkalan. Kabupaten ujung barat Pulau Madura, temanku selanjutnya Nadya Nur Rosyida mahasiswa asal Nganjuk dan selanjutnya Nova Della Putri berasal dari luar Pulau Jawa, tepatnya Palembang, Sumatera.
Kami dipertemukan dalam misi dan visi yang sama, inti dari semua itu adalah sama-sama belajar. Belajar apa yang selama ini dipelajari dibangku kuliah lebih tepatnya, Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) atau bisa disebut magang. PPL adalah masa dimana perkulihan ada di madrasah atau sekolah.Semua mahasiswa pendidikan wajib melakukan PPL sebelum mengerjakan tugas akhir kuliah.
Seperti dauh yang jatuh lalu bertemu dengan bumi. Mungkin ungkapan ini yang sesuai dengan kita. Dipertemukan untuk membuat cerita bersama. Sejujurnya aku tidak terlalu kenal dengan mereka, selama dari semester 1 sampai semester 6 tidak pernah saling sapa, paling banyak hanya melihat sekadar saja, tidak kurang tidak lebih.
Aku aslinya tidak mau PPL di MTs 4 Negeri Kota Surabaya. Alasannya karena memilki tanggung jawab sebagai pimpinan di Lembaga Pers Mahasiswa Edukasi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, ingin hati yang dekat-dekat dengan kampus. Namun kuasa Allah lebih baik kepadaku, rencananya lebih indah daripada kata-kata pujangga dan rahasia-Nya seperti sabda dalam kalam-Nya.
Proses untuk mengenal mereka tidak susah, pertama sedikit membuat kesepakatan selama PPL 2 bulan, saling menghargai, menghormati, dan menyayangi. Itu secara haris besar, namun kami sama-sama berjanji untuk selalu menjaga, mengingatkan, memberikan saran, membantu, memberikan, menolong dan banyak lagi kami janjikan. Proses 2 bulan ini, dibutuhkan pengenalan sesama kelompok, jadi masa-masa ini kami mengenal dan memahami satu sama lain. Bahkan, kata teman-teman yang program studi berbeda kita, disangka sudah kenal akrab saat di kampus, padalah melihat saja berungtung apalagi harus bertutut kata.
Selama proses PPL mereka berdua bisa dikatakan selalu ada, kemanapun kami selalu bersama. Konsep kami, sakit satu harus sakit semua, senang satu harus sanang semua, walaupun tidak ada hitam diatas putih, tetapi itu berjalan selama 2 bulan. Selama 2 bulan cerita ini berjalan, kami bagaikan tiga serangkai yang tidak bisa dipisahkan.
Cerita kami sederhana, ketika waktu jam pelajaran saling mengingatkan, membantu dan berdiskusi terkait apa yang mau dikerjakan. Sejujurnya kami memiliki panggilan sembarangan, terkadang menyebut dengan panggilan sayang, baby dan banyak lagi.
Ada lagi momen yang sulit kami lupakan, kami sepakat kalau tugas atau laporan harus selesai bersama biar ketika kembali ke kampus tidak memiliki beban. Untuk menyelesaikan laporan ini, karena kami manusia-manusia pemalas. Jadi harus kerja bersama-sama, selam 3 hari mengerjakan di rumah Nadya, Tengger, Kandangan, Surabaya.
Selain itu kami berjanji “Wisuda Bersama-Sama”, “Sempro Skripsi Bersama-Sama” dan yang paling kami tunggu “Mengerjakan Skripsi Bersama-Sama”. Ini proses kami menemukan kesepakatan, bertemu lalu bercerita.
0 Komentar