Cerita PPL: Kalian Sebelum Terbenam, Tersenyum

Dok|PPL II
Tidak tahu kenapa semangat menulis kembali lagi, sebenarnya alasan menulis cerita ini ingin belajar menulis. Sebab kata Tere-Liye dan bunda Helvy Tiana Rosa syarat menjadi penulis adalah menulis. Atau mungkin karena sudah berada di semester tua? Sudahlah pada intinya kita belajar menulis dan menulis.

Cerita ini masih tentang Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Negeri 4 Kota Surabaya. Sebelum itu, aku hanya ingin menceritakan teman-temanku saat PPL, namun kepada teman-teman, mohon maaf jika ada kata-kata yang salah atau tulisan ini menyakitkan. Aku hanya ingin belajar menulis dan mengabadikan kalian dalam tulisan-tulisanku, bukan hanya foto saja. Sebab aku tidak akan menulis orang yang aku benci, karena aku tidak ingin orang yang aku benci hidup selamanya. Biarkan orang-orang yang aku sayangi abadi dalam tulisanku.

Kami mahasiswa PPL Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Aku awali tulisan dari teman Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI). Kalau ditanya siapa yang sering marah-marah atau bertengkar denganku adalah Nova. Nova orang baik, tetapi terkadang bikin marah-marah. Kami sering bertemu gara-gara satu prodi dan sering kerja laporan bersama. Selain itu orangnya dingin, tidak mau senyum itu kata adik-adik MTs Negeri 4 Kota Surabaya. Namun kamu perlu tahu, dia sudah menulis 2 buku novel, kerenkan.

Ada teman yang selalu aku suruh, minta tolong, bantu-bantu, sabar dia adalah Nadya. Sama-sama satu prodi. Dia menjadi pelerai saat aku dan Nova bertengkar, apalagi ketika ada tugas dia selalu mengingatkan. Perempuan asal Nganjuk ini, menjadi tuan rumah saat kerja bareng, nyaman bisa makan gratis, jajan gratis dan banyak lagi khususnya laporan PPL bisa selesai dalam jangka waktu yang pas, orangnya baik sekali.

Karena disuruh khutbah jumat aku banyak meminta tolong sama Kholik dan Azizah, dua-duanya asli Surabaya. Tidak tahu bagaimana kalau tidak dibantu mereka, mereka baik sekali. Azizah yang selau aku suruh menulis teks arab khutbah, disela-sela kesibukannya aku paksa untuk menulis. Meskipun terkadang bertengkar, Azizah dan Kholik selalu mengingatkan waktu khutab. Kalian berdua sama-sama prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) baik sekali. Tidak lupa, kepada Fadhila yang telah membantu mencarikan kos, dulu baru kenal sudah membantu memncarikan kos. Orangnya sabar, aku tidak enak sendiri saat meminta tolong carikan kos, soalnya dari gang satu ke gang yang lain sampai menemukan harga yang cocok ukuran mahasiswa.

Sedangkan teman yang selalu semangat, sering tanya-tanya dan terpaksa mendengarkan ocehan-ocehan saat pikiran amburadul. Membahas KKN Desa Penari, PSK, Kartini, Bumi Manusia dan banyak lagi. Aku sebutkan satu persatu, Indah, Olivia, dan Lilik dari prodi Penddikan Bahasa Inggris. Mereka sering aku jadikan bahan candaan. Maaf selama PPL, selalu mendengarkan cerita-ceritaku.

Aku masih ingat waktu sore selesai shalat Ashar, kalian semua pada gila, tidak tahu dirasukin apa, yang jelas waktu itu, kita vlog bareng, bicara sembarangan, diskusi sembarang dan dengan begitu aku bisa memahami kalian, untuk memamahi seseorang memang harus gila.

Untuk temanku yang terakhir dari prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Mereka adalah Widya dan Uslifah, kalau dengan mereka aku sering diskusi-diskusi tentang isu-isu aktual Indonesia, mulai dari KPK, Perpindahan Ibu Kota Indonesia, Papua dan banyak lagi intinya. Seru kalau dengan mereka, jika tidak masuk PPL terkadang sepi.

Dari perjalanan PPL ada beberapa pespektif baru kalau dalam hidupan itu bukan soal dirimu saja, tetapi juga tentang orang lain. Sebelum aku tutup tulisan ini, aku akan membahas terkait apa yang pernah kita dengar bersama. Ada beberapa kata yang harus kita menyadari, kalau kita mahasiswa pendiam, tidak percaya diri, tidak kreatif, performa kurang, dan mahasiswa biasa-biasa saja.

Catatan diatas mungkin dari kalian bisa menjawab kenapa kita seperti itu dan kenapa kita mendapatkan julukan mahasiswa seperti itu. Kalian adalah tim yang tidak pernah aku lupakan, sudah percaya terhadapku untuk menjadi pembina, mengisi sambutan perpisahan. Pengalaman-pengalaman dengan kalian luar biasa.

Kita pernah berjuang bersama, menyelesaikan masalah bersama. Jika masih ada rasa benci diantara kita, buat apa dua bulan bersama, buat apa dua bulan belajar bersama, buat apa dua bulan satu ruangan bersama. Jangan sia-siakan dua bulan bersama, tanpa kalian PPL tidak seperti ini atau bisa apa adanya. Tetap tersenyum walapun kita pernah terhempas, karena sejatinya kehidupan sederhana, yang ruwet adalah tafsirannya, itu kata Ayah Pram.

Posting Komentar

0 Komentar