Jejak Kaki Gagah di 4 Negara, Memotret Kesunyian Dunia

(Yordania, Mesir, Oman, dan Yarusalem)

Dok|Pribadi

Kota Pahlawan penuh dengan sejarah pada masa penjajahan sedang membabi buta merebut Surabaya untuk dikuasai, dan daerah strategis sebagai incaran semua kolonia adalah tempat Gagah Elsando Aldi Mas’udi menjalani masa-masa pertumbuhan. Sebagai layaknya anak-anak pada umumnya, ia dan keluarga tumbuh besar menjalani kehidupan. Menjadi anak bungsu dari dua bersudara, dari pasangan Sulaiman Mas’udi dan Lusi Dwi Rosidah.

“Untuk di negara Yordania, pengalaman yang sangat menyenangkan, karena di sana negaranya bersih. Hubungan antara agama sangat erat, gereja dan masjid berdampingan. Tidak lupa saya mengunjungi Petra, situs bersejarah dunia. Walaupun perjalanan sangat jauh menuju Petrah, tetapi terbayar lunas karena keindahan Perta,” cerita Gagah Elsando Aldi Mas’udi tentang negara Yordania. “Allah, Negara, Raja” merupakan semboyan negera Yordania dengan perpaduan lagu kebangsaannya, “As-Salam Al-Malaki Al-‘Urduni”.

Dok|Istimewa
Petra, Yordania. "The Rose Red City" istana batu yang merona merah jambu Dengan namalain "The Treasury" atau "Al-Khazneh".

Ibu kota Yordania adalah Amman, sedang nama resmi dari Yordania “Hashemite Kingdom Of Jordan” (Kerajaan Hashemite Yordania). Negera tersebut, merupakan negara yang berada di tepi barat sungai Yordan, dengan perbatasan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur laut, Suria di utara dan tepi barat, dan Israel di barat. Sedangkan untuk mata uang Yordania adalah dinar yordania, bahasa resmi sehari-hari menggunakan bahasa Arab Al-‘Urdun, dan sistem kepemerintahannya menganut monarki semi-konstitusional.

Gagah panggilan akrabnya, memiliki tinggi badan 180 dan berat badan 70, lahir di Surabaya tepatnya, 11 Mei 2004. “Banyak keresahan yang saya dapatkan waktu ke luar negeri, tapi ada rasa syukur dan senang bisa tahu peninggalan sejarah agama-agama Allah terdahulu, tidak hanya Islam, tapi Yahudi dan Kristen,” cerita Gagah dengan semangat sambil mengingat-ingat kembali potret-potret perjalanannya di setiap sudut negara Timut Tengah pada bulan November tahun 2018.

Dok|Istimewa
Amman, Yordania. Gagah Sedang Berfoto di depan Patung Hercules Temple.

Dengan senang dan bangga Gagah dulu pernah menjelalahi kota Mesir. Bersama rombongan ia menuju Piramida & Sfinks Agung Giza yang menjadi icon negara Mesir, tempat daftar wisata wajib dikunjungi kalau datang ke Mesir. Tidak hanya itu, Mesir terkenal dengan gunung saharanya yang sangat luas, yang berdekatan negara Afrika.

Biladi, biladi, biladi” lagu kebangsaan Negara Mesir, beribukota Kairo, dan menggunakan sistem kepemerintahan republik semi presidensial. Selain itu, hamparan sungai nil menjadi sasksi sejarah umat silam terdahulu, dan menjadi tempat yang indah guna menghabiskan waktu bersama dengan keluarga.

Mesir dengan julukan Negeri Fir’aun, Negeri Pramida atau “The Gift Of Nile” adalah saksi sejarah yang tertulis di bermacam referensi sejarah dunia. Bermodal dengan sebutan peradaban kuno, memiliki kekayaan sajian wisata, Piramida Giza, Kiil Karnak, Lembah Raja, dan Kuil Ramses.

“Di sana banyak batu-batu berukuran besar sangat kuat, ternyata barang-barang bersejarah yang dulunya di dalam Piramida, telah dipindahkan oleh pemerintah Mesir ke Museum Kairo, disana ada banyak barang bersejarah peninggalan kerajaan Mesir Kuno, ada meja makan yang sangat besar, dan mumi-mumi raja Mesir Kuno yang diawetkan,” tutur laki-laki yang sangat mengidolakan tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Dok|Istimewa
Mesir. Gagah Ketika Mengunjungi Wisara Piramida Icon Negara Mesir.

Tidak hanya itu, remaja yang suka bermai bola dan basket, pernah menjadi delegasi Kota Surabaya di turnamen di ponorogo (21/10/2019). Ia manambahkan terkait makan tokoh Islam dunia, sangat menyayangkan dan sedikit sendu berlinangan air mata, dan takjub melihat pemandangan tempat-tempat sejarah Muslim dunia.

“Makan Imam Syafi'i, sangat kotor, bahkan aku berani mengatakan kalau itu sangat menjijikkan, banyak hewan liar yang hidup di sekitar makam, banyak pengemis, dan sebelah dari makam itu ada peninggalan kerajaan, tetapi sekarang malah jadi tempat pembuangan sampah.” Kata gagah yang sudah menjelajahi empat negara dengan raut muka sendu mengetahui makan ulama Islam tidak terurus dan sampah-sampah tidak dibuang pada tempatnya.

Pada malam hari di Bandara Udara Internasional Mesir, dengan menaiki bus menuju Kairo, dipandu wisata bernama, Kareem, ia cukup fasih berbahasa Indonesia meskipuh harus tersendat-sendat.

Dok|Istimewa
Mesir. Gunung Sinai terletak di Semenanjung Sinai di Mesir dan dikenal dengan nama Jabal Musa.

“Di perjalanan, kota Kairo dalam keadaan macet, saya melihat keadaan sekitar Kairo yang sangat kumuh, banyak mobil-mobil yang tak terawat, setelah saya sampai di tempat makan, dan turun dari bis, cuaca sangat dingin, saya kira Kairo panas ternyata tidak juga,” tutur Gagah dengan semangat dan senang karena perjalanan ke empat negara mau ditulis.

Selama berada di kota Kairo, Gagah pernah menyaksikan Pantai Alexandria yang memamerkan indahnya Laut Mediterania serta melewati Perpustakaan Alexandria yang merupakan gedung perpustakaan bersejarah sejak zaman Mesir Kuno. Berkunjung ke Istana Montazah yang merupakan tempat tinggal dan tempat peristirahatan terakhir bagi raja terakhir Mesir, Al Farouk.

“Melaksanakan salat di Masjid dan Maqam Mursi Abu Abbas yang merupakan seorang sufi dan cendikiawan asal Andalusia. Tak jauh dari masjid tersebut, ada Masjid dan Maqam Imam Busiri yang terkenal dengan menciptakan Shalawat Burdah-nya. Terakhir mengunjungi Papirus Store serta foto-foto di depan Citadel Of Qaitbay yang merupakan benteng pertahanan bagi Raja Mamluk dari serangan luar,”


Kemudian Gagah yang memiliki kesukakan makanan dan minum, nasi goreng dan es teh melakukan perjalanan jauh menuju wilayah St. Catherine yang menjadi tempat penginapanya. Ia melewati Terowongan Ahmad Hamdi serta mampir sejenak di Uyun Musa tempat legenda 12 mata air Nabi Musa a.s.

***
Dok|Istimewa
Muskat, Oman. Di Belakang Gagah, Masjid Agung Sultan Qaboos.

Sedangkan untuk perjalanan selajutnya, Gagah meneruskan ke negara Oman. Negara yang berada di Asia Barat, tepatnya di pesisir tenggara Jaziarah Arab. Dengan bendera berwarna putih, merah, hijau, dan gambar khanjar, belati khas negara Yaman yang terdapat dua pedang menyilang.

Adapun mata uang yang digunakan sehari-hari, Rial Oman. Negara yang menggunakan sistem monarki absolut menjadikan bahasa sehari-harinya memakai Bahasa Arab, dan semboyang jantung negeranya adalah “Asid As-Salam As-Sultani” dengan ibu kota Muskat.


Selama di Oman, tidak terlalu banyak yang ia dapatkan cerita-cerita tidak baik, karena negara Oman termasuk salah satu negara yang menjaga akan keindahan negaranya, “Untuk di Oman, negara maju bersih, infrastrukturnya baik, dan tidak terlalu banyak polusi, sepertinya memang efek minimnya kendaraan bermotor di Oman,”.

Dok|Istimewa
Muskat, Oman. Di Belakang Gagah, Masjid Agung Sultan Qaboos dan Berfoto dengan Salah Satu Penduduk Oman.
***

Remaja yang masih tercatat di salah satu Madrasah Tsannawiyah Negeri Surabaya dan memiiki cita-cita menjadi pemain sepak bola ketika ditanya terkai pesan dan kesan perjanannya ke Yarussalem, ia menceritakan banyak tentang Palestina, namun ia meminta untuk tidak menulis sama sekali tentang Yarusalem sebagai, bumi para nabi. “Minta tolong yang di Yerusalem jangan dipublikasi,” pemintaan Gagah dengan raut muka sendu supaya tidak menulis tentang Yarusalem atau bumi Palestina yang sudah berabad-abad terjajah.


Posting Komentar

0 Komentar