Mambaca Koruptor di Sekolah: Pendidik atau Terdidik

Dok|Pribadi

Mengingat kembali peristiwa debat Colon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Indonesia pada tahun 2019, antara Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Probowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan kritikan dari bermacam kalangan, terutama dari Indonesia Corruption Watch (ICW), guru-guru peserta Sekolah Antikorupsi (SAKTI), dan lain sebagainya. Para kritikus menilai kedua pasangan memiliki latar belakang sama-sama memiliki satu sisi permasalahan yang sensitif. Sehingga kedua Capres dan Cawapres memilih tidak terlalu fokus membahas korupsi.

Membaca data ICW sejak tahun 2005 sampai tahun 2016 kasus korupsi yang tercatat mengenai anggaran pendidikan sekitar 425 kasus korupsi. Untuk total kerugian negara mencapai 1,3 triliun dan nilai suap mencapai 55 miliar. Sedangkan data selanjutnya pada tahun 2015 sampai tahun 2018, terjadi kasus korupsi dibidang pendidikan sebanyak 309 kasus. Untuk total kerugian negara mencapai 494,5 milliar.

Sebelum Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia- Muhadjir Effendy diganti, mengakui dana pendidikan sangat besar dan rawan untuk diselewengkan. (m.detik.com 19/3/2018). Pernyataan ini, menggambarkan kalau pendidikan di Indonesia khususnya sekolah-sekolah sangat rawan koruptor melakukan tindakan-tindakan sekali, dua kali, dan bahkan berkali-kali. Sekolah-sekolah di Indonesia bisa menduduki tingkat teratas terjadinya kasus korupsi.

Melihat kasus-kasus korupsi di Indonesia, seperti pada tahun 2020 kasus korupsi di Bogor, atas kasus penyelewengan dana BOS atau Bantuan Operasional Sekolah senilai 17 miliar, pada tahun 2019 kasus korupsi di Cianjur, atas kasus dana alokasi khusus Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur oleh Bupati Cianjur, Irvan Rivano Muchar, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Cecep Sobandi, kepala Bidang SMP di Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Rosiain, dan kakak ipar Bupati Tubagus, Cepy Sthiandy, dan pada tahun 2018 kasus korupsi di MI Yapendawa oleh Kepala Sekolah, Imam Syaean dan Siti Mujiati Bendahara Sekolah.

Kasus-kasus diatas merupakan gambaran kecil yang terjadi di setiap tahun di Indonesia. Jika membaca lebih banyak lagi kasus kurupsi di sekolah, sangat banyak ditemukan. Mulai dari hal-hal kecil sampai hal yang paling besar, mulai dari yang terungkap sampai hilang tak terdata, dan mulai dari tidak biasa sampai dianggap biasa. Kasus-kasus korupsi di sekolah memang banyak yang belum terdata, sehingga data yang ada hanya gambaran semata.


Menurut Fahruddin Faiz, salah satu pemikir besar Indonesia mengatakan, jika ingin tahu negara, maka lihatlah kondisi dunia pendidikan. Argumen yang dikemukakan terkait pendidikan dan negara sangat rasional, sebab pendidikan adalah gerbang negara untuk menjadi lebih baik. Dalam bahasa yang dilontarkan oleh Najwa Shihab, hanya pendidikan yang dapat menyelamatkan Indonesia.

Pendidikan khususnya di sekolah, memang bertujuan untuk menciptakan generasi-generasi masa depan Indonesia yang lebih baik. Dalam bahasa Ganjar Pranowo, pemuda atau generasi bangsa jangan hanya sebagai penuntut dan pengerutu perubahan. Jadilah yang ikut dalam bagian perubahan. Sehingga perkataan tersebut, lahirlah salah satu tujuan sekolah untuk menyiapkan bebendaharaan generasi Indonesia.

Selain itu, sekolah-sekolah yang seharusnya menjadi tempat pendidikan yang unggul, pendidikan akan tata krama kehidupan, pendidikan akan cinta tanah air, dan lain sebagainya. Tetapi menjadi tempat sampah negara, di sekolah-sekolah menjadi sarang nyaman bagi koruptor-koruptor berdarah dingin. Karena seharusnya mendidik tetapi harus dididik. Para koruptor di sekolah masih belum siap menjadi pendidik, tetapi seharusnya menjadi pendidik yang terdidik.

Adapun yang terjadi di sekolah merupakan gambaran besar yang terjadi di negara. Sekolah dan negara satu kesatu yang tidak dapat dipisahkan, keduanya satu orang yang mulai merangkak dan berjalan. Ketika saat belajar merangkak akan tetapi terjadi kecelakaan, maka ketika berjalan nanti akan tidak ideal layaknya orang berjalan dengan sempurna.


Posting Komentar

0 Komentar