Dok|KKN Nusantara 3T 2020 |
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dimensi Pendidikan merupakan tolak ukur seseorang dalam kehidupan, sebab pendidikan suatu dimensi yang akan membentuk kepribadian dan pola dalam stukturur masyarakat, terutama penduduk Indonesia. Jika dilihat dari alur pendidikan Indonesia, Indonesia negara yang sangat memperhatikan pendidikan. Pada tahun 1984 pemerintah memiliki program wajib belajar 6 tahun, pada tahun 2011 wajib belajar 9 tahun dan dilanjut pada tahun 2015 wajib belajar 12 tahun.
Pergantian kebijakan merupakan untuk kepentingan dan pentingnya pendidikan bagi setiap daerah serta menjadi tugas besar pemerintah dan masyarakat setempat. Supaya masyarakat mengenyam pendidikan yang baik, tidak melupakan prinsip-prinsip pendidikan tersendiri. Pendidikan dalam buku Ideologi-Ideologi Pendidikan, karangan William F. O’neil, dikatakan, pendidikan merupakan memanusiakan manusia.
Achmad Mustafa Bisri salah satu budayawan Indonesia mengatakan “Mereka yang hanya tahu hitam dan putih, tak mengherankan bila terkaget-kaget melihat warna-warni yang lainnya”. Ungkapan yang bernada keberagaman sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan sebagai suatu bentuk pondasi rasa kemanusian.
Ungkapan yang mengajarkan tentang nilai-nilai keberagaman ini, sangat dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat, baik yang di daerah pedalaman maupun di kota, kerena pemahaman keberagaman suatu kewajiban bagi seorang yang berpendidikan. Pendidikan suatu cara untuk lebih dalam memahami keberadaan dan keadaan Indonesia.
Jika sudah menjadi seorang yang berpendidikan sudah sepantasnya memiliki rasa kemanusian yang tinggi. Sangat disayangkan jika sudah mengeyam pendidikan berpuluh-puluh tahun, akan tetapi apagunanya jika tidak memiliki rasa kemanusian terhadap sesama.
Pemahaman yang tinggi tentang pentingnya rasa kemanusia suatu modal untuk mengantarkan kesuksesan dan kemanfaatan yang banyak, tanpa melihat latar belakangnya. Semua dipandang rasa kebersamaan, kasih sayang, dan saling mencintai.
Kejadian-kejadian di Indonesia yang banyak memakan korban, merupakan suatu permasalahan yang sangat besar dan pelik untuk diberantas, sebab Indonesia negara yang beranekaragam.
Pemerintah dari tahun ketahun selalau mewajibkan untuk belajar sekian tahun, tapi tetap saja persoalan kemanusian belum dapat diatasi. Tumpang tindih permasalahan selalu menjadi potret pendidikan dan kemanusiaan. Kalau ditarik kesimpulan pendidikan gagal untuk menjaga rasa kemanusiaan. Seperti penyerangan pemuka agama, data yang terhimpun oleh Bareskrim Polri sudah 21 kasus kekerasan, Aceh, Banten, DKI Jakarta Yogyakrta dan lain sebaginya yang setiap tahunnya selalu meningkat.
Meskipun Presiden Joko Widodo sangat mengedepankan tentang nawacita tolerasi beragama sebagai senjata dalam setiap ranah kehidupan, tetapi setiap tahun sikap-sikap deskriminasi tetap saja terjadi di Indonesia. Salah satunya di Kendal, Jawa Tengah, masjid Ahmadiyah dirusak sekelompok massa. Ironisnya, pemerintah daerah bukan melindungi korban, tetapi justru mencabut Izin Mendirikan Bangunan (IMB) masjid yang sudah dimiliki jemaat Ahmadiyah Indonesia. (liputan6, 20/06/2016).
Peristiwa yang tidak berperikemanusia sering kali terjadi, hanya sebagian yang diberitakan. Jika diteliti lagi, sikap yang tidak berkemanusian masih banyak ditemukan dikalangan masyarakat. Baik yang berpendidikan tinggi ataupun di masyarakat yang ada di daerah pedalaman. Pendidikan dan rasa kemanusia seperti tulisan Najwa Shihab “Yang menjadi pena adalah kebaikan yang menjadi tinta adalah kemanusian.
Namun, sudah kewajiban pemerintah khusunya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, supaya untuk selalu mementingkan pendidikan yang tidak lepas dari nilai-nilai kemanusiaan. Serta menjadi catatan penting pagi seorang yang terdidik selalu mengamalkan prinsip kemanusian sebagai unjung tombak kesuksesan dalam dunia pendidikan.
0 Komentar