Brama Vihara: Keberagaman Lahirkan Kerukunan

Dok|Yuri

“Sebetulnya tokoh-tokoh yang lebih memahmi agama dan dasarnya semua agama memiliki tujuan sama sangat bersikap toleransi.”

Pernyataan itu disampaikan laki-laki yang sudah mengabdikan diri sejak berdirinya Yayasan Semaggi Viriya, Sukun, Malang, Jawa Timur tahun 2007 sampai sekarang. Belasan tahun Agus Setiawan Kusuma merawat dan menjaga penuh dengan kasih sayang, sebagai bentuk memberi manfaat kepada orang lain.

Suara merdu alunan lagu Namakarapatha dengan gerakan sujud disenandungkan oleh anak-anak sekolah mingguan terdengar asing ditelinga kami, pers mahasiswa Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) saat di altar, Minggu (30/6/2019).

Metta Wijayanti, perempuan yang berumur 22 tahun memberikan penjelasan terkait filosofi lagu Namakarapatha adalah pujabakti atau berdoa, sebagai pengantar saat melaksanakan proses belajar. Lagu puja untuk memuja sebelum memulai kebaktian, memuja kepada guru atau junjungan sang Buddha Gautama. Isinya memberi hormat dan bentuk pengormatan awal sebelum membacakan paritta atau kebaktian bersama.

“Liriknya antara lain ajakan untuk bersama-sama menghormati sang Buddha, sebagai guru kita bersama dan menjelaskan guru Buddha amatlah berjasa mengajarkan kita kebenaran hidup. Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa-doa di buku paritta,” tuturnya saat diwawancarai oleh peserta Sejuk di altar Vihara yang terdapat patung Buddha berbaring miring berwarna emas di diding.

Brama Vihara Lahirnya Kebersamaan 
Dok|Lolita

Ajaran untuk kebenaran hidup sebagai bentuk cinta kasih dalam ajaran agama Buddha akan melahirkan sikap keberagaman. Saat berada di Vihara Romo Bambang Eko Prijono Putro menceritakan kalau ajaran cinta kasih dikenal dengan istilah Brama Vihara.

Brama Vihara terbagi empat. Pertama, Metta adalah cinta kasih yang universal. Cinta yang utuh tanpa ada tendensi apapun atau cinta kasih yang tulus ikhlas. Kedua, karuna adalah belas kasih. Agama Buddha diharapkan memiliki belas kasih kepada semua mahkluk, bukan hanya antar manusia tetapi kepada makhluk lainpun diharapkan memiliki rasa belas kasihan.

Sedangkan yang ketiga. Mudita adalah simpatik, ketika orang bahagia kita ikut bahagia, kalau orang lain menderita kita merasakan menderita dan yang Keempat. Uppekkha adalah keseimbangan batin. Dikatakan kalau sedang bahagia, kebahagianya tidak terlalu. Emosionalnya terkontrol. Begitu juga saat menderita tidak terlalu menderita.

Kepada kami, laki-laki asal Malang dan sebagai wakil ketua Yayasan Semaggi Viriya, Sukun, Malang menjelaskan filosofi tentang nama Vihara Semenggi Viriya disini.  “Samagikviria” “Samagik” artinya kebersamaan “Viria” artinya semangat. Jadi artinya semangat kebersamaan.

“Kebersamaan darimana? Tentunya kebersamaan dari keseluruhan. Bukan cuman dari satu umat, termasuk kebersamaan dengan tetangga, yang mungkin tidak memiliki keyakinan yang sama. Tetapi dengan mereka menerima kita disini, itu merupakan satu kebersamaan,” tuturnya.

Arti kebersamaan yang terlahir dari cinta kasih memiliki tujuan yang sama dengan makna  Semaggi Viriya, Sukun, Malang. Guna meningkatkan semangat kebersamaan yang sifatnya sangat luas sekali.

Di samping itu, ia berharap supaya wihara atau Yayasan Semanggi Viriya, bukan cuman bermanfaat bagi umat Buddha saja, tetapi juga keseluruhan agama dan manusia yang menginginkan. Melihat dari kegiatan Yayasan Semanggi Viriya bukan cuman kegiatan keagaman umat Buddha, tetapi banyak aktivitas seperti meditasi, bakti sosial dan yoga yang diikuti oleh agama Katolik, Muslim juga ikut meditasi, bakti sosial, yoga dan lain sebaginya.

Hapus Kebencian dengan Brama Vihara

Dok|Sejuk

Sebagai mahkluk sosial untuk memahami satu sama lain memiliki pengertian yang berbeda, walapun berbeda dari sisi pemahaman keyakinan. Hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk bersama-sama menciptakan kerukunan sebagai umat beragama.

Dari cerita Kusuma tentang perbedaan, semenjak awal memang kita berbeda. Jadi yang dicari adalah sisi kesamaan. Dengan bersama-sama akan tercipta situasi yang rukun damai, karena tujuan hidup di dunia salah satunya untuk mendaptkan kebahagian dan kedamain. Ketika bersama-sama damai dan bahagia tentunya, energi manusia akan jauh lebih bermanfaat menerbar cinta kasih

“Kita menyadari bahwa, kita ini memang berbeda. Secara toleransi kita sangat mengerti betul bahwa, toleransi sangat diperlukan. Sebagai empati kepada orang lain. Bukan cuman ras, suku, tetapi kepada orang lainpun kita mempunyai empati.” Tuturnya dengan harapan semua orang dapat memahami orang lain sebagai pintu gerbang toleransi, sebagaimana dilakukan pers mahasiswa sejuk saat mengunjungi yayasan Semaggi Viriya, Sukun, Malang.



*Tulisan ini pernah dimuat di Sejuk.org 18 Juli 2019 link di sini.



Posting Komentar

0 Komentar