Lebih Dekat Dengan Tokoh Pendidikan Kaum Tertindas

Dok|Google

“Kebebasan lebih, merupakan syarat yang tak bisa ditawar-tawar lagi agar manusia dapat memulai perjuangan untuk menjadi manusia utuh,”

Paulo Freire lahir pada tanggal 19 Sepetember 1921 di Recife. Freire adalah pangggilan yang sering dijumpai diberbagai buku, dengan latar belakang keluarga ekonomi yang rendah, di sebuah kota kecil Amerika Latin. Ayahnya adalah seorang politisi, bernama Joaquim Thomis Tocles Freire sedangkan ibu yang telah melahirkannya bernama Edeltrus Neves Freire.

Bermacam buku yang telah dihasilkan dari tangannya yang sederhana, sehingga berbagai macam karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia. Karya-karyanya yang lebih meyorot tentang pendidikan, menjadikannya sebagai tokoh pendidikan internasional. Buku-buku yang dihasilkan secara pribadi dan bersama teman-temanya seperti, Pendidikan Alat Perlawaan Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire, Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, Pendidikan Yang Membebaskan, Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan Menggugat Pendidikan Fundamentalis Konservatif Liberalis Anarkis, dan lain sebagainya.

Karya-karya terlahir dari tangan yang sering menjalani kehidapan dengan keterbatasan, dari didikan kedua orang tuanya, menanamkan nilai-nilai kehidupan dengan sistem demokratis, terbuka dan dialogis. Peran kedua orang tua yang menanamkan budi pekerti yang tingggi untuk selalu menghargai, menghormati setiap dialog serta pendapat-pendapat orang lain.

Ketika melihat lebih dalam kehidupan Freire, ketika tahun 1928 terjadi krisis ekonomi Brazilia, membuat keluarga Freire jatuh pailit, apalagi saat itu Freire baru menginjak usia delapan tahun. Masa kecil yang sulit dengan kondisi serba terbatas, seharusnya Freire mendapatkan kebahagiaan waktu kecil, menikmati masa kecil penuh dengan canda dan tawa, tetapi Freire tidak bisa menikmatinya.

Tepat tahun 1931, saat Freire berumur sepuluh tahun dan keluarganya pindah ke kota Jabatao, Ayah Freire meninggal dunia. Dari kehidupan yang seperti itu, Freire memiliki tekad dan semangat yang membara agar orang lain tidak sepertinya, hidup dalam keterbatasan dan kelaparan.

Freire sejak tinggal di Jabatao kehidupannya mulai membaik dan mendapatkan pendidikan yang sempat tertunda dan menyelesaikan berbagai jenjang pendidikannya. Di Universitas Recife jurusan hukum, ia menjadi kutu buku, memiliki genre sulit untuk dipahami, seperti filsafat dan psikologi, bahasa dan ia memiliki kesukaan buku karya-karya Marx dan para intelektual Katolik seperti Maritain, Bernanos, dan Maounier.

Sebagai tokoh pendidikan kaum tertindas dengan konsep dijalani oleh kemurahan-hatian otentik, kedermawanan humanisasi, menampilkan diri pendidikan manusia merupakan pengaruh dari bacaan-bacaannya.

Ketika menginjak umur dua puluh tiga tahun Paulo Freire menikah dengan Elza Maria Costa Oliveira pada tahun 1994. Istri Paulo Freire adalah seorang guru sekolah dasar yang juga satu kota dengannya. Freire dan Maria dikaruniai tiga anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Meskipun Freire sudah menikah tidak menyurutkan semangat untuk menuntut ilmu. Setelah lulus dari dunia hukum ia lebih tertarik kepada dunia pendidikan.

Sebagai bentuk panggilan jiwa, Freire diangkat menjadi direktur dipartermen pendidikan dan kebudayaan pada pelayanan di The State Of Parnambuco. Pengalamannya selama ini membuahkan hasil yang gemilang, pada tahun 1959 ia memperoleh gelar doktor dengan disertasi yang berjudul pendidikan orang dewa (adilt aeducation) di Universitas Recife.

Freire juga diangkat menjadi direktur utama pusat pengembangan sosial Uiversitas Of Recife dengan misi program pemberantasan buta huruf terhapa masayrakat miskin di daerah timur laut Brazil. Program tersebut membuahkan hasil yang pesat, masyarakat khususnya para petani dapat meningkatkan minat membaca dan menulis. Dalam jangka tertentu tim pemberantasan buta huruf keseluruh pelosok negeri dapat diatasi. Kabar yang bagus tidak sesuai dengan kondisi yang baik, pada waktu itu negeri Brazil sedang terjadi gerakan-gerakan reformasi dari kalangan sosialis, komunis, pelajar, buruh, dan militan Kristen.

Dalam buku Pendidikan Alat Perlawanan (2006), berisi terkait kesadaran yang dimiliki manusia, pertama kesadaran semi-intransitif, kedua kesadaran naif-transitif, dan ketiga kesadarn transitif-kritis. Hal ini, bukan sekedar pemikiran yang kosong, tetapi dari berbagai perjalanan yang Freire lewatkan di dunia pendidikan, terutama saat pembebasan kaum buta huruf di berbagai negara, seperti negara Chili yang membuat ia diangkat oleh Ucescco pada program-program pendidikan –the children institute for agrarian reform.

Sebagai tokoh yang sudah berkaliber pada tahun 1950 ia menjabat sebagai profesor tamu pada Harvard’s center for studies in education and development dan anggota kehormatan pada center for the study of development and social change. Dari kehidupannya yang sudah berbeda pengalaman hiduppun berganti mengisi kehidupannya. Pada saat ia pindah ke Amerika Serikat sedang terjadi huru hara. Dari berbagai pengalaman bahwa penindasan merupakan alasan terbesar bagi penindas, karena lemahnya dan sedikitnya kapasitas politik.

Dengan berjalannya waktu Freire dalam karya-karyanya lebih didominan dengan teman-tema kekerasan yang terjadi terhadap kaum lemah dan tertindas. Sehingga dalam ide-idenya tentang pendidikan kaum tertindas.



*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah LPM Edukasi edisi 53 tahun 2018 dengan tema “Kurikulum 2013: 5 Tahun Berlalu”.

Posting Komentar

0 Komentar