Pawitra II: Kehangatan Tamiajeng

Dok|Ammar

Bukan setinggi apa gunung yang bisa dijejaki, tetapi sesusah apa medan yang dilalui.

Namaku Abu Aman, biasa dipanggil Abu, masih tercatat sebagai mahasiwa tingkat akhir di UIN Sunan Ampel Surabaya. Aku baru pertama kali mendaki gunung, dulu pernah mendaki gunung Fatuleu, Kupang, Nusa Tenggara Timur Waktu KKN Nusantara 3T, tetapi tidak terlalu tinggi, bahkan tidak membutuhkan perjalanan ber jam-jam. Sebagai pendaki pertama, ada beberapa rasa yang menghampiri, takut dan bahagia. Sebagai pendaki pertama, beberapa imaji melayang-layang di pikiran, menerka seperti apa pendakian nanti.

Sebut saja Umar Faruq, atau dipanggil Faruq. Dia sudah sarjana hukum Tatanegara UIN Sunan Ampel Surabaya. Sudah kedua kali ia mendaki gunung, sehingga sedikit ada wawasan untuk mendaki kedua kalinya. Faruq sedikit kecewa kepada teman-teman KKN Nusantara 3T Uinsa Surabaya, karena rencanan awal akan mendaki Gunung Penanggungan bersama-sama, tetapi berjumpa dengan beberapa factor, jadinya kami memutuskan untuk mengajak teman KKN Nusantara dari IAIN Ponorogo.

Teman yang kedua Muhammad Hisyamuddin dan Della Ammar Efendy sama-sama dari Madiun, tapi kuliah di IAIN Ponorogo. Amar jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Hisyam Pembankan. Kalau dengan Amar aku sudah kenal, soalnya pernah melaksanakan KKN Nusantara di Nusa Tenggara Timur selama kurang lebih dua bulan. Kalau sama Hisyam baru kenal, Hisyam sudah lumayan sering mendaki gunung, apalagi kalau gunung Lawu. Amar begitu juga, sudah biasa hidup di alam bebas dan mengenal alam terbuka.

Mataku meraba beberapa lalu lalang pendaki dengan tas carrier besar di punggungnya. Tepat di samping registrasi pendaki, ada keran yang bisa diminum airnya dan pendaki juga mengisi air untuk bekal perjalanan. Aku melihat para pendaki menunggu giliran mengisi botol untuk persedian dalam perjalanan nanti. Mataku menolah ke kanan ke kiri, ada warung besar tempat para pendaki mengisi perut. Ada tiga warung besar berdampingan, aku dan teman-teman memutuskan untuk singgah di warung paling tengah.

Warung yang dipenuhi oleh pendaki yang latar belakangnya ada yang mahasiswa, dosen, komunitas, dan banyak lagi bisa ditemui di warung tersebut. Kami memutuskan untuk berkumpul ditempat yang bisa mengsi daya batre Hp buat siap-siap menemani perjalanan nanti. Kami pun ada yang yang salat, makan, membagi bawaan, dan duduk melapas lelah dalam perjalanan. Aku dan Faruq memutuskan memesan makanan khas Jawa Timur atau juga dikenal di daerah Surakarta, Jawa Tengah, nasi rawon yang masih mengepul asap petanda kuah hitam yang hangat, cocok sekali dengan suasana yang agak dingin.

Matahari sudah gagah dengan senjanya, disusul suara azan Magrib berkumandang. Aku, Hisyam, Amar, dan Faruq bergantian melaksanakan kewajiban sebaagi mumat Muslim. Selesai melaksanakan ibadah salat, aku membagi-bagia bawaan, kami membawa empat tas, dua tas biasa dan duanya carrier berwarna merah dan orange. Selesai membagi bawaan, dan sedikit menyepakati beberapa kesepakatan dalam perjalanan nanti.

Rencananya mau gabung dengan temannya Faruq, tetapi setelah berkomunikasi lewat WhatApp ternyata belum berangkat, otomatis kami berempat akan mendaki hanya beranggota empat orang. Ketika ditimang-timang, ternyata bawaan yang paling berat ada air, ada sembilan botol untuk persediaan dalam perjalanan, idealnya satu pendaki tiga botol, tetapi kami tidak mengikuti anjuran tersebut.

Doa mengisi di kegegelapan malam yang dipimpin oleh Faruq di pinggir jalan memulai pendakian. Aku lupa, beberapa peta, tiket berwarna merah muda bekal kami ketika nanti takut kesasar. Tadi sudah diberikan arahan oleh pegawai atau pekerja di Perum Perhutani KPH Pasuruan yang bermitra dengan LMDH Sumber Lestari Dusun Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Bacaan basmalah dan alfatihat selesai kami heningkan, berharap berangkat dan pulang tetap berjumlah empat orang. Kata orang-orang kesuksesan pendaki ketika selamat sampai rumah masing-masing. Bukan ketika berada di puncak dengan tersenyum indah kalau sudah menundukkan gunung yang tinggi.



*Jika menemukan kesalahan dalam data dan teknis kepenulisan. Dengan lapang dada, mengirim pesan lewat Instagram @abuamansyach. Mari kita berbicara dengan mata terbuka dan pikiran merdeka. Peluk jauh. Cek selanjutnya video perjalanan di sini.

Posting Komentar

0 Komentar