Bina Desa Ikamaba 2019: Sayap Ikamaba Untuk Desa

Dok|Pribadi
Selesai membersihkan kamar untuk tretani Ikamaba.


Suara Bina Desa Ikamaba memang sering menghantui dan membuat penasaran. Ikamaba Surabaya sudah tiga kali merealisasikan Bina Desa, Bina Desa Daleman, Bina Desa Kelbung Sepuluh, dan Bina Desa Alang-Alang Tragah. Untuk sekadar merampungkan bacaan-bacaan dan tulisan sudah tidak fokus lagi. Bina Desa Alang-Alang tergiang-giang akan seperti apa, yang jelas ada rasa ingin tahu lebih tentang bina desa.


Kami relawan bina desa berkumpul di basecamp Ikamaba bersiap-siap untuk mengenal budaya Bangkalan. Menunggu teman-teman berkumpul memang sangat susah, sudah menjadi budaya, selalu molor. Setelah berkumpul, sekitar pukul setengah sebelas kami berangkat dari Surabaya Bangkalan. 


Percayalah jika tindakan dan bentuk pengabdian kita adalah anugerah yang terindah yang tidak pernah akan terulang kembali, kalau masa sekarang adalah masa yang perlu diisi dengan pengalaman dan kebaikan yang akan menjadikan orang yang tahu, kalau dirinya ada untuk orang lain.


Sayap-sayap relawan Bina Desa Ikamaba, siap menjadi mobilitas setiap cerita yang belum terlihat nyata, berkewajiban menyatakan akan ide-ide untuk memperbaiki Bangkalan dari desa-desa. Selayaknya mahasiswa yang belajar bermasyarakat untuk bekal nanti setelah lulus dari kuliah.

Perjalanan dari Surabaya ke Bangkalan, bersama teman-teman Ikamaba seperti cinta yang bersama merajut-rajut benang yang memperkuat asa. Perjalanan ini, perjalanan tentang suatu misi. Perjalanan yang hanya akan tercipta sekali dalam kehidupan.

***

Dok| Ikamaba
Salah satu bangunan dan menjadi kamar untuk tretani Ikamaba.

Awal dari perjalanan yang cukup panjang kami sampai ke lokasi Bina Desa Ikamaba. Aku masih belum percaya jika akan hidup di desa orang lain dengan orang lain dan karakter yang lain. Kami masuk ke rumah lokasi yang dijadikan pusat bina desa, dekat masjid, madrasah dan Kepala Desa Alang-Alang.


Aku memperhatikan rumah tanpa penghuni, rumah yang besar dan kotor. Dari sini cerita bina desa akan tercipta. Dari satu pekerjaan bersih-bersih kamar dan musala untuk dijadikan kamar semua relawan bina desa. Memang harus dibersihkan, rumah kosong yang sudah lama tidak ditempati. Dari bersih-bersih aku percaya kalau kebersamaan ini akan indah, meskipun aku belum kenal betul karakter masing-masing. Bahkan aku bisa dibilang orang yang pendiam dan tidak mau tahu orang lain. Yang jelas aku adalah orang yang belum bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa, apalagi memiliki teman yang bisa menerimaku apa adanya.


Cerita bina desa ini akan menjadi obat nanti dimasa depan, sebagai tulisan sejarah yang pernah aku jalani bersama orang lain. Canda tawa dan kegaringan selalu menghiasi pekerjaan kami. Betapa sederhananya kebersamaan ini, yang telah menjadi pintu mengenal masing-masing individu. 


Dok|Pribadi
Susana membersihkan ruangan untuk ditempati setengah bulan.

Kami mengambil air, menyapu, mengepel dan membereskan semua peralatan yang harus dipindah. Aku perhatikan semua senyum-senyum yang mereka lihat, ternyata kalian adalah orang-oarang yang terpilih, untuk mengawal cerita bina desa ini.


Setelah bersih-bersih kami siap-siap masak buat ngisi perut yang sudah sedari tadi minta asupan. Kami para serdadu dapur siap-siap masak, Suhud, Timun, Bahar dan aku siap melaksanakan tugas memasak. Kalian ternyata sangat sederhana, berbeda jauh dari penampilannya, aku baru tahu kalian yang selau buat hati marah-marah, ada sisi lain yang perlu aku pelajari.


Dok|Ikamaba
Setelah selesai bersih-bersih kami pun lapar memutuskan masak apa adanya.

Setelah masak-masak kami berkumpul di teras musala, ngaur-ngidul tentang apa saja yang bisa membuat kami tertawa, bahkan sampai menyakiti yang lain kami lakukan, demi menciptakan tawa yang sederhana. Tawa para mahasiswa yang mencari sesuap nasi dan pengalaman di bina desa


***

Dok|Pribadi
Habis makan, lanjut diskusi dan makan-makan.

Senja, untuk pertama kalinya menghabiskan senja bersama teman-teman Ikamaba, meskipun belum datang semuanya kami tetap semangat, walaupun meski ada yang mengeluh dan merasa kesal.


Pembukaan bina desa di tempatkan di masjid dengan mengundang beberapa tokoh masyarakat dan orang-oarang yang dapat membantu acara bina desa ini. orang-orang yang siap akan program kedepan. 


Yang menghadiri pembukaan bina desa juga mengundang Ikatan Alumni Ikamaba (IAK) dan senior-senior yang memberikan pesan-pesan tentang kehidupan. Aku belum tahu kenapa hidup dalam Ikamaba harus sering ke senior. Lambat laun aku mengerti kalau senior adalah orang tua Ikamaba yang perlu diingat, dihormati, dihargai, dan dicinta. Orang tua saat dirantau menjadi orang yang sangat membantu.


Selesai acara kami berbaur dengan masyarakat, belajar bermasyarakat butuh yang namanya proses, susah sekali untuk bisa lihai bermasyarakat. Semua pembelajarn dan praktek, salah satu contoh saat malam ini. semua peserta bina desa dikelompokkan bersama dengan orang-orang yang membantu untuk observasi pemetaan potensi yang ada di Desa Alang-Alang.


Selesai pengakrabkan dengan masyarakat, kami berkumpul di basecamp bina desa untuk membagi tugas besok saat observasi. Membagi kelompok dusun, dusun mana dan apa saja yang bisa dilakukan saat observasi.



*Bina Desa Ikamaba Surabaya 1-14 Januari tahun 2019


Posting Komentar

0 Komentar