Melepas Tawa di Nelongso

Dok|Pribadi

“Enaknya bisa kumpul bareng Bang, salam rindu dari Pekalongan :)). Waduh semoga Bang Abu dan teman-teman KKN dapet kesempatan buat lanjut ya Bang. Oh iya LPDP udah buka tuh Bang, barangkali mau daftar,” pesan masuk dari Bang Iqbal, teman KKN Nusantara Nusa Tenggara Timur tahun lalu.


Selama menjalin komunikasi dengan Bang Iqbal, tak ada yang tidak mengandung semangat untuk selalu belajar, belajar, dan belajar. Pesan yang masuk membangunkan raksasa yang tertidur kelelahan bekerja, semampunya sekadar bisa bertahan di kota Surabaya. Impian-impian untuk melanjutkan pendidikan masih ada, tetapi terkadang semangat tidak bertahan selayaknya khayalan.

***

Dok|Pribadi. Salim, berpeci, Anca, berkerudung, dan Faruq, kaos hitam.

Bagi yang tahu cerita senja di rel kereta api Margorejo atau perempatan tong Margoreja akan tahu seperti apa kondisi dan situasi kalau hari sudah meranjak senja. Di rel kereta api atau perempatan Margorejo lampu merah paling lama se-Surabaya. Tidak tanggung-tanggung, kalau sepi minimal merasakan dua kali lampu merah, tetapi kalau waktu-waktu siang atau saat-saat biasa bisa empat kali, bahkan kalau sore bisa lima, ditambah ada lintasan kereta api.


Tak lupa perempatan tong Margoreja, mahasiswa sekitar Wonocolo pasti paham. Perempatan yang banyak hilir mudik kendaraan, arah timur dan barat ragam kendaraan besar melitas, kalau arah selatan dan utara kendaraan dan penjalan kaki juga melintas, untung ada orang baik mau mengatur lalu litas. Kalau tidak ada, kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan.


Saat matahari condong di ufuk barat, petanda buka puasa sebentar lagi tiba. Sekarang tanggal 04 Mei 2021 kesepakatan untuk buka bersama dengan teman-teman KKN Nusantara 3T atau pengabdian di Sulamu, Kupang, NTT. Sudah sejak dulu membahas pertemuan ini, keinginan untuk berbuka puasa di Ayam Goreng Nelongso, Margorejo.


Sebetulnya, aku tidak suka acara-acara buka bersama. Terlalu banyak hal-hal yang tidak penting terjadi saat berkumpul. Apalagi, menjadi penghalan untuk pulang ke kampung halaman. Selain itu, buka bersama membuang-buang waktu saja, sebagai anak rantau di tanah orang, pengeluaran sangat amat diperhitungkan. Buka bersama semacam membuat jebakan sendiri untuk melukai hati yang sudah terluka.


Supaya pertemuan tidak hanya menjadi salam sapa, maka aku memutuskan untuk mencatat setiap percakapan yang membuat kami tertawa dan haru biru mengingat satu tahun dahulu. Dengan ini, jalan paling berharga memaknai sebuah perjumpaan. Setiap perjumpaan akan selalu menjadi pembelajaran dan kenangan untuk perbaikan masa depan.

***


Dok|Pribadi. Kanan, Salim, Kholis, Anca, Indah, Viqri, Fifi, Firoh, Faruq, dan Abu.

Cak Viqri, wawasan yang luas dan perhatian saat-saat terpuruk dan menjadi teman diskusi paling nyaman juga tidak bisa ikut. Selaras dengan pemahaman ku di paragraf enam, hanya akan memilih hal-hal yang memberikan dampak kebaikan yang besar. Fifi, sebab kebimbangan antara ikut dan tidak ikut. Tuban-Surabaya lumayan jauh, apalagi kondisi seperti ini tidak baik untuk jauh-jauh dari kota kelahiran. Tidak hanya itu, Fifi pasti minta pendapatku kalau ada hal yang menyanggal, tentang izin dari kedua orang tunya.


Mas Kholis, kawan sekaligus memiliki kesamaan dari organisasi, buku-buku yang dibaca dan sering mengajak diskusi banyak hal. Firoh, yang jelas dia sebatas teman KKN Nusantara, belum bisa menceritakan seperti apa, karena belum tahu dan tidak pernah melakukan perjalanan bersama. Dan yang plaing terakhir, sepertinya ia selalu mengiyakan pendapatku. Terus banyak membantu banyak hal, mulai cara pendaftar Kartu Prakerja dan hal-hal sederhana.


Tak mengapa mereka tidak bisa ikut, karena setiap orang memiliki alasan dan prinsip yang berbeda-beda. Aku pun setuju kalau tidak ikut buka bersama, sebab berada di kota kelahiran masing-masing, di Bojonegoro, Jombang, Tuban, Mojokerto, dan alasan yang tidak perlu diketahui orang.

Dok|Pribadi.

Aku di Nelonmgso hanya berempat, Salim, Anca, dan Faruq. Banyak hal yang kita bicarakan, tetapi sayang, aku hanya ingat perjalanan kita masih sama-sama panjang, jangan lelah untuk bertahan, dan selalu berusaha bisa mengposisikan kita seperti apa. Itu sedikit parafrase dari perkataan Faruq ketika berdiskusi dengan Salim. Sedangkan aku, menjadi pendengar sejati, seperti setia pada seseorang.

Posting Komentar

0 Komentar